Review Buku Seni Berbicara Pada Anak
Halo! Selamat datang kembali di section review buku by hanizaharani dot com. Ini adalah review buku parenting kesekian kalinya, dan kalian bisa cek review buku lainnya disini. Oke! Buku yang akan saya review kali ini berjudul “Seni Berbicara Pada Anak” dengan sub judul “Panduan Mendidik Anak Tanpa Ngegas”. Jujur ya pertama kali baca judulnya tuh langsung pengen beli, siapa yang nggak tergiur coba. Dengan segala keterbatasan saya sebagai emak-emak yang hanya punya kesabaran setipis tissue, tentu buku ini langsung masuk ke bucketlist.
1) Latar Belakang Penulis
Buku ini ditulis oleh Joanne Faber dan Julie King. Joanne Faber sendiri adalah seorang pakar pendidikan dan parenting. Joanne adalah dari anak dari Adele Faber, penulis buku best seller “How to Talk so Kids Can Learn”. Sementara Julie King adalah seorang pendidik yang telah mendukung para orangtua profesional sejak tahun 1995. Julie dan Joanna telah berteman sejak mereka berusia enam dan sepuluh bulan.
2) Review Buku Seni Berbicara Pada Anak
Buku ini adalah buku parenting paling tebal yang pernah saya punya, Total halamannya sendiri mencapai 400 halaman. Perlu waktu yang lumayan lama buat saya selesaikan bacaan ini. Tapi bisa dibilang buku ini isinya sangat padat dan sarat makna. Rasanya pengen saya marker semua tulisan yang ada!
Yang membuat buku ini begitu tebal dibandingkan buku parenting yang pernah saya baca lainnya adalah, penulis memberikan gambaran situasi nyata tentang obrolan para orangtua dengan anak mereka dan bagaimana cara menjawab dan menanggapi kalimat atau reaksi anak-anak. Dialog yang realistis dan latihan-latihan yang disediakan, sangat membantu saya memahami bagaimana menghadapi tantangan dalam berkomunikasi dengan anak-anak.
Selain itu buku “Seni Berbicara Pada Anak” ini juga mengajarkan bagaimana pentingnya menjadi seorang yang baik untuk anak-anak, serta memperhatikan dengan benar apa yang anak coba sampaikan kepada kita, meskipun hal yang disampaikan terkadang receh dan tidak terlalu penting untuk bagi kita.
3) Beberapa bab yang ada dalam buku “Seni Berbicara Pada Anak”
a. Bagaimana cara menangani emosi
Terkadang kita tidak dapat bersikap baik ketika dalam keadaaan mempunyai perasaan yang kurang baik. Demikian pula anak-anak, mereka tidak bisa bersikap baik saat perasaanya tidak baik. Beberapa cara yang bisa dilakukan diantaranya adalah,
- Mengakui Perasaan anak Kata-kata
- Mengakui Perasaan dengan Tulisan
- Akui perasaan dengan seni
- Berikan dalam fantasi yang tidak dapat kita berikan dalam realita
- Akui Perasaan dengan perhatian (yang hampir) tanpa suara.
b. Cara mengajak anak bekerja sama
Setelah membahas tentang perasaan dan bagaimana respon yang seharusnya kita keluarkan, kali ini penulis mengajak kita untuk dealing dengan anak-anak agar mereka mau bekerja sama melakukan rutinitas seperti mandi, menggosok gigi, ataupun hal yang lebih penting seperti ajakan berhenti melepar sesuatu atau berhenti mengganggu kakak/adik. Penulis menekankan agar kita berhenti menggunakan kalimat celaan, menggunakan kalimat laragan seperti “Jangan”, maupun memberikan embel-embel kalimat ancaman dan ceramah. Berikut adalah beberapa cara yang penulis tekankan agar anak mau diajak bekerja sama,
- Mengajak anak bekerjasama dengan candaan
- Menawarkan pilihan
- Biarkan anak memegang kendali
- Bertindak tanpa menghina
- Memberi informasi kepada anak
- Katakan dengan satu kata atau satu perintah
- Deskripsikan apa yang kita lihat
- Deskripsikan perasaan kita
- Tulislah sebuah pesan
Itu dia dua dari sekian banyak bab dan dialog yang disajikan dalam buku. Dari awal hingga akhir halaman pada buku ini terdapat dialog realistis yang rasanya tidak mungkin saya rangkum keseluruhannya.
4. Kesimpulan
Walaupun ada beberapa kontra seperti gaya penerjemahan yang terlalu baku (in my opinion), buku ini masih sangat saya rekomendasikan untuk para orangtua dan para guru disekolah. Warning! Ketika anda ingin membeli dan membaca buku ini dan anda termasuk orang yang memiliki temperamen tinggi, jangan berekspektasi bahwa buku ini akan menolong 100% dan mengubah kita menjadi sebaik ibu peri. Walaupun begitu, sebagai orang yang lumayan punya temperamen tinggi, buku ini sedikit banyak merubah cara pandang saya dalam berkomunikasi terhadap anak. Buku ini sudah memberikan pencerahan kepada saya bagaimana seharusnya berkomunikasi dengan anak agar mereka mau mendengarkan apa yang kita bicarakan, mau untuk diajak bekerja sama tanpa saya harus mengeluarkan energi dan emosi yang berlebihan.
Apakah setelah membaca buku ini saya tidak pernah marah-marah dan selalu berhasil dalam berkomunikasi terhadap anak?
Tidak juga, saya hanya manusia biasa yang terkadang masih lepas kontrol memarahi anak-anak, kadang memberikan perintah dengan ancaman, juga terlalu banyak menceramahi anak-anak (yang mana dalam buku ini dijelaskan bahwa ketika kita menceramahi anak-anak tepat setelah mereka melakukan kesalahan, ceramah tidak akan efektif dan lantas menyadarkan mereka saat itu juga). Namun, jika dulu skala ngegas dan marah-marah saya ada di level 8 atau 9, mungkin bisa dibilang sekarang ada di level 4 atau 5.
Akhir kata, saya sangat merekomendasikan buku ini karena buku ini memberikan panduan yang jelas dan praktis dengan contoh dialog yang nyata. Buku ini juga menekankan pentingnya mendengarkan aktif yang sudah rasakan sendiri dampaknya pada interaksi saya dengan anak-anak. Jika kalian tertarik dengan buku ini, kalian bisa membelianya disini.
Pingback: Caraku Agar Anak-Anak Mau Sikat Gigi - Personal Blogger - Hani Zaharani