Hai apa kabar? Semoga kalian dalam keadaan sehat ya ditengah pandemi yang masih berlangsung ini.
Beberapa waktu yang lalu aku happy banget karena berkesempatan mengikuti salah satu sesi yang diadakan oleh Santhosa.id bersama Mas Adjie Santosoputro.
Berawal dari membaca buku “Sejenak Hening” karya mas Adjie inilah ketertarikanku terhadap “mindfulness” bermula. Makanya pas kemarin dapat kesempatan buat ikut kelas beliau, aku happy banget!
RANGKUMAN SESI
BELAJAR EMOTIONAL HEALING & RECOVERY DENGAN PENDEKATAN MINDFULNESS
Jadi di sesi Belajar Emotional Healing & Recovery kemarin dibagi menjadi 3 segment, dengan selingan latihan dasar napas di setiap segmennya. 3 segment tersebut adalah..
0. Membahas seputar Emotional healing
1. Insight Perhatian dan Disini – Kini
2. Insight Automaticity & Jeda
3. Insight Menyadari & Menghakimi
Latihan Sadar Napas
Sebelum membahas lebih lanjut tentang Emotional healing dan mindfulness, mas Adjie mengajak kita untuk praktik latihan memulihkan batin melalui sadar napas.
Caranya cukup mudah, pertama-tama duduk diam dan pejamkan mata, lalu sadari tarikan dan hembusan nafas.
Inhale.. Exhale..
Setiap muncul distraksi, cukup sadari dan kembali fokus ke nafas.
Di sesi ini, Mas Adjie juga mengajak kita untuk belajar menerima diri kita se-apaadanya. Berilah ruang dan waktu untuk emosi yang sedang kita rasakan, entah itu sedih, cemas, ataupun takut.
Mas Adjie juga menegaskan bahwa salah satu kunci didalam pemulihan adalah penerimaan, termasuk penerimaan terhadap diri kita dan apa yang kita rasakan.
Sebagai contoh, mungkin kita pernah dihinggapi perasaan bersalah atas apa yang terjadi dimasa lampau, namun selama ini orang-orang disekitar meyakinkan kita untuk tidak merasa bersalah. Disini Mas Adjie mengajarkan kita untuk tidak mengabaikan perasaan tersebut. Jika memang ada perasaan bersalah, maka terima saja. Terima apapun perasaan yang sedang datang mengunjungi hati kita.
0. EMOTIONAL HEALING
Emotional wound atau luka batin banyak bentuknya. Mulai dari penolakan, kehilangan, perasaan bersalah, mengalami kegagalan (baik dalam relasi/karir/bisnis), merasa diremehkan, dan masih banyak lagi. Banyak sekali masalah-masalah rumit yang kita alami, namun menurut penuturan Mas Adjie setelah ditelusuri dan dicari benang merahnya, kebanyakan sumber lukanya adalah satu, yaitu luka relasi.
Contoh :
Seseorang yang sulit mendapatkan pekerjaan atau suka berpindah-pindah tempat kerja. Setelah ditelusuri, orang tersebut ternyata sumber lukanya adalah hubungan relasi dengan orangtuanya. Karena dia tidak mendapat figure dan contoh bagaimana menjalin relasi dan hubungan yang baik, sehinggan dia mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan/relasi dengan rekan kerjanya.
Mas Adjie menjelaskan lebih jauh bahwa ternyata penyebab luka batin bukan hanya relasi dengan orang lain, relasi dengan diri sendiri juga ternyata bisa menjadi luka btin.
Contoh :
– Kita berusaha keras untuk mewujudkan mimpi kita, tapi ternyata gagal. Lalu kita membenci diri sendiri karena menganggap diri kita payah dan tidak kompeten
-Membenci diri sendiri ketika membandingkan hidup kita dengan orang lain dan merasa mereka lebih beruntung daripada kita
Sangking bencinya kita dengan diri sendiri, terkadang kita merasa tidak pantas bahagia, kita tidak pantas dicintai, kita jadi sering merasa kosong dan hampa. Yang kemudian hal ini juga berimbas terhadap relasi kita dengan orang lain, karena tanpa sadar kita menuntut orang lain untuk mengisi kekosongan diri kita, kita menuntut orang lain untuk mencintai kita, menerima kita, padahal kita sendiri tidak bisa mencintai dan menerima diri kita apa adanya.
Emotional wound juga bisa disebabkan oleh kejadian-kejadian negatif yang membuat batin kita terluka. Namun, tahu nggak si? Bahwa ternyata tidak hanya kejadian negatif saja yang bisa menyebabkan luka batin, kejadian positifpun ternyata bisa memperngaruhi luka batin kita..
Contoh :
-Beberapa waktu yang lalu kita mengalami momen bahagia dengan kehadiran seseorang. Lalu disaat ini, kita sangat berharap momen tersebut kembali berulang. Hal itu ternyata mempengaruhi ketenangan batin di masa sekarang, atau Mas Adjie menyebutnya dengan “attachment terhadap kejadian positif”
Ketika mengabaikan luka batin
Mas Adjie mengingatkan kita untuk selalu merawat dan berusaha menyembuhkan luka batin yang kita punya. Karena apa? ketika kita mengabaikan luka batin, maka hal itu akan masuk ke alam bawah sadar kita (Mas Adjie juga menyebutnya dengan gudang batin).
Ketika luka batin diabaikan, dia akan tersimpan di gudang batin dan lama-lama bisa mencemari isi batin kita yang lain. Ketika luka batin diabaikan dan sudah mencemari isi batin kita yang lain, tanpa disadari, tubuh kita akan memberikan reaksi atau kode. Sayangnya dengan berbagai alasan yang ada, kita sering mengabaikan dan tidak peka terhadap sinyal atau kode-kode yang muncul.
Beberapa sinyal yang muncul ketika luka batin telah mencemari alam bawah sadar atau gudang batin kita :
– Relasi dengan orang2 sekitar memburuk
– Menjadi orang mudah marah
– Sulit bahagia
– Produktivitas menurun
Atau justru kondisi yang sebaliknya,
– Produktivitas kita jadi sangat melejit
– Memaksa diri untuk bekerja keras, karena kerja keras dijadikan pelarian
Dan parahnya lagi, kondisi mental dan luka batin ini juga mempengaruhi kondisi kesehatan fisik kita, seperti
– Asam lambung naik
– Susah tidur
– Vertigo
– Migrain
Sedikit kesimpulan di bagian ini adalah
“Luka relasi sering menjadi akar dari kerumitan banyak masalah, luka relasi yang mendasar adalah hubungan orangtua dan anak. Itulah pentingnya bagi orangtua untuk membangun relasi yang baik dengan anak”
“Luka batin bisa terjadi ketika kita memusuhi kejadian yang menyebalkan, dan luka batin juga bisa terjadi ketika kita terlalu menggenggam erat kejadian yang menyenangkan”
1. PERHATIAN DAN DISINI-KINI
Setelah membahas “Emotional Wounds” atau “Luka Batin” juga akar permasalahan dan dampaknya, lalu bagaimana caranya untuk memulihkan batin?
Mas Adjie menjelaskan, ada banyak pendekatan dalam healing atau pemulihan batin.
Yang jelas bukan dengan cara jalan-jalan atau traveling. Menurut Mas Adjie, kegiatan populer dikalangan warganet yang disebut healing, bukanlah healing yang sesungguhnya. Mas Adjie menyebutkan hal itu lebih condong ke refreshing dibandingkan healing. Berbagai hal yang dianggap anggap sebagai healing, sebenarnya adalah cara untuk melarikan diri dari perasaan dan pikiran yang muncul
Salah satu pendekatan healing yang Mas Adjie rekomendasikan adalah pendekatan healing/memulihkan batin dengan pendekatan kesadaran atau biasa disebut dengan mindfulness. Pengengertian Mindfulness secara harfiah adalah kesadaran diri.
Pain & Pleasure
Sayangnya selama ini kita sudah terbiasa dengan konsep pain and pleasure atau reward and punishment yang bertentangan dengan konsep mindfulness.
Sedari kecil, kita tidak diajarkan alasan kongkrit mengapa kita harus melakukan aktivitas tertentu.
Alih-alih memberi pengertian bahwa makan adalah aktivitas yang sangat penting bagi tubuh kita, karena tubuh kita membutuhkan nutrisi berupa vitamin dan mineral yang kita dapatkan dari makanan, kita justru ditakut-takutii, jika tidak makan nanti ayamnya mati, jika tidak makan nasinya akan menangis, dan jika tidak makan maka orangtua tidak mau bermain dengan kita, dan sederet ancaman lainya.
Contoh lainya adalah ketika kecil kita sering diiming-imingi hadiah jika kita mau belajar, mau makan, mau mengikuti les tertentu. Dan diberi hukuman jika kita menolak melakukan aktivitas tertentu.
Seperti itulah perumpamaan pain and pleasure atau reward and punishment
Contoh lainya lagi, kita berubah namun hanya untuk mendapatkan dipuji orang lain, kita berubah supaya tidak mendapat hukuman orangtua, kita berubah untuk membanggakan orangtua, kita berubah supaya tidak dikucilkan
Alangkah baiknya jika alasan utama kita berubah adalah karena kita memang membutuhkan perubahan itu. Seperti yang Mas Adjie tuturkan bahwa “Kesadaran menjadi dasar. Berbagai perubahan yang sehat itu lebih baik diawali dengan kesadaran”
“Aku ingin bangun pagi, karena bangun pagi membuat aku merasa lebih sehat dan segar. Bukan hanya sekedar malu terhadap mertua atau orangtua”
“Aku ingin mulai makan-makanan sehat dan mulai olahraga, karena itu baik untuk kesehatanku. Bukan sekedar untuk ikut trend sosial media”
Kira-kira seperti itulah perumpamaanya..
Balik lagi ke topik mindfulness..
Di pendekatan mindfulness, kita diajak untuk memulihkan batin dengan melatih diri untuk sadar.
sadar seperti apa?
Mas Adjie menjelaskan secara filosofis, bahwa kita harus menyadai realitas kehidupan sehari-hari yang sifatnya “constant flux” atau bervariasi
Sedih-Senang | Bertemu-Berpisah | Sukses-Gagal | Tertawa-Menangis
Itulah realitas kehiduan. Pada kenyataanya kehidupan ini tidak peduli dengan perasaan kita. Hidup tidak bisa sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Entah saat ini kamu senang atau sedih, sadari dan terima, itulah realitas.
Sadari dan nikmati, jangan takut ketika hati merasa senang dan menggebu-gebu (terkadang ketika kita terlalu senang dan menggebu-gebu muncul perasaan takut, takut kalau sehabis ini akan ada momen yang bikin kita jadi sedih dan menangis *pengalaman diri sendiri*)
Begitupun ketika bersedih, sadari saja namun juga jangan berlarut-larut. Sadari perasaan sedih yang sedang kita alami, tapi ingat bahwa sedih ini tidak akan berlangsung selamanya.
Yang jadi masalah dalam ketenangan dan luka batin kita
Yang jadi masalah dalam ketenangan batin dan luka batin kita adalah Mind (pikiran kita sendiri)
Mas Adjie menyebutkan lebih detail bahwa Mind sendiri terbagi menjadi 2 yaitu Think and Aware

Fungsi Think adalah berfikir dan menghasilkan pikiran
yang terkadang membuat susah adalah think ini hanya mau berfikir yang menyenangkan saja. Ketika datang pikiran-pikiran yang tidak menyenangkan, maka akan timbul konflik didalam pikiran.
Lalu ketika pikiran kita ini sudah mulai berkonflik, hal selanjutnya yang terjadi biasanya adalah overthinking dan isi kepala rasanya berkecamuk dengan pikiran-pikiran negatif yang muncul tadi.
Lalu apa yang perlu dilakukan untuk memulihkan atau menenangkan batin dan pikiran kita?
1. Mengasah fungsi aware (kesadaran)
Ketika mulai overthinking, isi kepala rasanya sudah sangat ramai dan berkecamuk, Maka saat itulah kita perlu mengasah fungsi aware (kesadaran)
Kita harus mulai melatih kesadaran bahwa kenyataan ya apa yang terjadi dan seadanya, pikiranlah yang sering bikin drama
Semoga paham ya, bagian ini memang cukup rumit dipahami, semoga kamu paham, kalau ada pertanyaan silahkan cantumkan di kolom komentar..
Supaya lebih mudah dipahami, Mas Adjie juga memberikan sebuah contoh :
Ada sebuah earphone putih

Di ranah “think/pikiran” akan muncul drama, mulai dari membandingkan merk earphone yang ada dengan merk earphone yang lain, membayangkan seandainya earphone itu berwarna pink atau biru pasti lebih menarik
Ranah “aware/sadar” hanya cukup menyadari bahwa itu adalah earphone . That’s all ! tidak kurang tidak lebih.
Nah konsep berfikir sadar dan menerima kenyataan apa adanya seperti inilah yang bisa kita latih untuk memulihkan batin
Semoga jadi lebih paham ya..
2. Mengasah sisi Human Being

Di bagian ini, Mas Adjie menuturkan bahwa pikiran yang sering kali jadi sumber masalah batin itu terbiasa dengan sisi “doing” (silahkan liat tabel diatas)
Nah Mas Adjie mengajak kita untuk melatih sisi “being” atau kesadaran kita.
contoh kongkritnya gini, misalkan nih kita melihat ada orang-orang yang sibuk melakukan aktifitas tertentu dan itu menjadi trend si social media, namun kita hanya sekedar ikut-ikutan saja, tanpa tau esensi asli dari aktifitas tersebut, itulah yang dimaksud dengan sisi doing
Nah kita perlu melatih sisi being kita dengan berlatih sadar dan berlatih mengamati pikiran sendiri. Apa sebenernya esensi dari aktivitas tersebut? Apakah akan membawa dampak baik bagi kita. Jangan sampai hanya sekedar ikut-ikutan tanpa paham esensi dari melakukan hal tersebut dan hanya sebatas mengikuti trend dan ikut-ikutan
Ketika kita menyadari pikiran dan menjadi pengamat pikiran kita sendiri, kita adalah pengamatnya, bukan yangn diamati. pikiranmu menjadi objek dan kamu menjadi subjek yang mengamati. apapun kondisi pikiran kita, kita seharusnya tidak terpengaruh, karena kita adalah pengamatnya. Kalau kita ingat dan sadar akan hal itu, kita akan pulih seiring berjalanya waktu.
Kita bukanlah pikiran kita
Sepositif apapun pikiran kita, pikiran bukanlah kenyataan, merasa bahwa saat yang terbaik adalah saat ini, mensyukuri tiap hembusan nafas, menyadari aku hidup, serta melatih syukur kita dengan menyadari nafas “Attention and the now”
Selesai
PENUTUP
Itu dia rangkuman sesi kelas bersama Santhosa.id dan Mas Adjie Santosoputro. Itu sebenarnya baru segmen 1 “Perhatian dan Disini-Kini”, masih ada 2 segmen lainya. Namun dengan alasan kode etik, aku nggak bisa jelasin lebih panjang lagi. Kalau kalian sangat tertarik dan butuh materi ini, kalian bisa daftar untuk kelas mendatang
Sesi Sesi Sadar Diri Santosha (SDS 2)
Pada Minggu, 22 Mei 2022 jam 09:00-13:00 WIB (silahkan langsung ke Instagram Santhosa.id untuk info pendaftaranya)
Untuk pendapat pribadi dari aku, kelas ini memang cukup padat materinya tapi daging abis isinya (jiakh daging :D). Pertemuan kemarin tuh menghabiskan waktu 3 jam, waktu yang nggak sebentar, tapi sangat worth it untuk diikuti.
Selama ikut kelas dan ngikutin materi tuh aku nangis, pas ngerangkum juga nangis, ngeditnya juga nangis, nangis mulu pokoknya, karena aku pikir materi ini sangat related dengan apa yang aku rasakan.
Hal lain yang aku rasakan adalah, aku merasa terhubung kembali dengan diri aku sendiri setelah mengikuti kelas ini.
Itu dulu aja ya biar nggak kepanjangan hehe
Akhir kata, Terima kasih Santhosa.id dan Mas Adjie Santosoputro untuk insight dan ilmunya
Terima kasih juga buat kalian yang sudah berkenan membaca tulisan yang panjang lebar ini
Semoga bermanfaat ya 🙂
